Ekal menulis narasi perihal Ayah ini pada hari keempat puluh setelah kepergiannya. Ekal mencoba untuk mencerna semuanya secara perlahan-lahan. Teramat perlahan. Bagi anak usia dua belas tahun, ditinggal mati oleh kedua orangtua dalam waktu yang hampir berdekatan... rasanya bagai tinggal di dalam sebuah neraka. Susunan demi susunan ini, Ekal tulis di kursi bambu yang beberapa bulan lalu masih se…
Setelah Majapahit runtuh pada 1527. Jawa kacau balau dan bermandi darah. Kekuasaan tak berpusat, tersebar praktis di seluruh kadipaten, kabupaten, bahkan desa. Perang terus-menerus menjadi untuk memperebutkan penguasa tunggal. Permata-permata kesenian, baik di bidang sastra, musik, dan arsitektur tidak lagi ditemukan. Selama hampir satu abad jawa dikungkung oleh pemerintah teror, yang berpolaka…
Buku ini tentang Pukat, si anak paling pintar dalam keluarga. Masa kecilnya dipenuhi petualangan seru dan kejadian kocak—serta jangan lupakan pertengkaran dengan kakak dan adik-adiknya. Tapi apakah dia mampu menjawab teka-teki hebat itu, apakah harta karun paling berharga di kampung mereka? Dari puluhan buku Tere Liye, serial buku ini adalah mahkotanya.
Kita pernah memiliki impian yang sama, kita pernah melewati hari-hari bersama, dan semua itu masih jelas terbayang di pikiranku, Setiap malam, setiap waktu, aku masih bisa merasakan betapa lenbut sentuhan jemarimu, betapa teduh tatapan matamu. Kita pernah berjanji di rumah pohon ini, kelak akan datang saatnya kita memiliki rumah sederhana yang akan menjadi akhir tujuan kita, Sejak soal tiu, …
"Apalah arti memiliki, ketika did kami sendiri bukanlah milik kami? Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan? Apalah arti cinta, ketika menangis terluka atas perasaan yg seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun? Wahai, …
Kita tidak sempurna. Kita mungkin punya keburukan, melakukan kesalahan, bahkan berbuat jahat, menyakiti orang lain. Tapi beruntunglah yang mau berubah. Berjanji tidak melakukannya lagi, memperbaiki, dan menebus kesalahan tersebut. Mari tutup masa lalu yang kelam, mari membuka halaman yang baru. Jangan ragu-ragu. Jangan cemas. Tinggalkanlah kebodohan dan ketidakpedulian. “Selamat Tinggal”…